Kamis, 20 Agustus 2009

Sebuah PR Besar Untuk Kita



Di sinilah tempat saya bekerja. Di sebuah desa di lereng perbukitan, dikelilingi hutan pinus, hutan albasia dan kebun-kebun salak. Indah sekali, bukan? Foto ini saya ambil tanggal 17 Agustus yang lalu seusai upacara bendera. Masyarakat di sekitar sangat ramah, satu ciri masyarakat pedesaan. Inilah salah satunya yang membuat saya makin hari makin betah ditugaskan di sini. Tapi yang terasa agak 'aneh', saya sulit membedakan, mana mereka yang tergolong mampu (baca; kaya) atau tidak. Sebab secara penampilan, mereka hampir sama. Sama-sama (maaf) lusuh dan lecek... Tapi mereka hidup saling hormat menghormati dan rasa gotong royong nya masih sangat kental. Di atas itu semua, ada satu hal yang amat membuat saya prihatin adalah tentang tingkat kesadaran masyarakatnya untuk bersekolah yang masih sangat rendah. Rata-rata dari mereka adalah lulusan Sekolah Dasar (SD)atau Sekolah Menengah Pertama (SMP). Banyak dari mereka yang notabene secara finansial tergolong mampu (indikatornya: punya ternak, tanah yang luas atau rumah yang sudah bertembok), tapi lebih memilih tidak melanjutkan sekolah, dengan alasan yang beragam. Lebih memilih bekerja saja lah, malas berpikir lah (yang ini alasan yang amat menyedihkan, tapi sungguh-sungguh ada), rumahnya jauhlah.. Macam-macam.. Kebanyakan dari mereka, yang perempuan memilih kerja di Jakarta atau bahkan luar negri. Atau menikah. Sementara yang laki-laki, enjoy atau menikmati menjadi tukang ojek, mereka bangga kalo sudah berhasil mempunyai sepeda motor. Meski tak sedikit dari mereka yang melakukan 'pemaksaan' terhadap ortu untuk dibelikan sepeda motor. Bahkan ada cerita seorang anak yang mengancam tak mau sekolah karena orang tuanya tak membelikan motor. Sampai kemudian orang tuanya harus rela menjual tanah demi hasrat sang anak memiliki sepeda motor. Ujung-ujungnya, si anak keluar tak bersekolah lagi.
Atau banyak juga yang jadi sopir angkot, kernet atau kondekturnya. Ada juga yang jadi buruh di kebun salak. Atau merentau ke Kalimantan, jadi buruh di perkebunan kelapa sawit. Dan mereka enjoy dengan keadaan mereka. Tak menyesal karena tak melanjutkan sekolah. Bahkan tak lulus ujian adalah hal yang biasa.. Menyedihkan.. Inilah sebuah pekerjaan rumah yang amat berat bagi kami yang berkecimpung di dunia pendidikan. Bagaimana mengubah paradigma mereka yang salah. Bahwa pendidikan adalah sebuah investasi besar untuk masa depan kita yang lebih baik. Pendidikan adalah kebutuhan untuk kita menjadi pintar dan tak dipandang sebelah mata oleh orang lain..

Tidak ada komentar: